Jumat, 26 Juni 2009

Tafsir [1]


Jangan meniru sarang laba-laba…

Al-Ankabut [29] ayat 41 :

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَايَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ

41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba bila mereka mengetahui.

Allah mengumpamakan orang-orang musyrik sebagai mereka yang membangun sarang laba-laba. Rumah Laba-laba adalah rumah yang digunakan bagi laba-laba untuk mencari makan. Ia makan dari binatang apa saja yang sangkut di sarang nya…Tidak peduli itu serangga bersih ataupun lalat hijau yg baru singgah dari kotoran. Sarang laba-laba ini sangat lemah, tidak memiliki pondasi apapun. Hanya bergantung pada tiang-tiang yang sangat rapuh. Bahkan terlalu lemah untuk bertahan dari hembusan anak kecil.

Sedang kepada orang-orang beriman…Allah mengumpamakan rumah yang kokoh.

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذينَ يُقاتِلُونَ في‏ سَبيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيانٌ مَرْ

Q. S As-Shaff ayat 4. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Bangunan yang disusun ini sangat kokoh….berfondasi baik dan bertiang kokoh.Bangunan ini dibangun dengan perencanaan yang matang, di desain oleh engiineer yang pintar dan memiliki kualitas material yang baik.

Begitulah….Allah membuat perumpaan agar manusia bisa memahami maksud Nya…

ovic

..dari berbagai sumber

Asbabun Nuzul [1]


يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسى‏ أَنْ يَكُونُوا خَيْراً مِنْهُمْ وَلا نِساءٌ مِنْ نِساءٍ عَسى‏ أَنْ يَكُنَّ خَيْراً مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنابَزُوا بِالْأَلْقابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإيمانِ وَ مَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu mengolok-olok kaum yang lain [karena] boleh jadi mereka [yang diolok-olok] lebih baik dari mereka [yang mengolok-olok] dan jangan pula kaum wanita [mengolok-olok] wanita lain [karena] boleh jadi wanita yang [diperolok-olok] lebih baik dari wanita [yang memperolok-olokkan] dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan lah kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk-buruk. Seburuk-buruk panggilan [ialah] panggilan yang buruk sesudah beriman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Q.S Al-Hujuurat 13.

Tsabit, menyebut Ibu seorang Muslim dengan buruk.

Ditulis dalam tafsir-tafsir Quran mengenai sebab turun nya ayat ini. Tsabit bin Qais seorang yang sulit mendengar. Sehingga beliau selalu berusaha duduk sedekat mungkin dengan Rasul untuk menyerap ilmu beliau. Suatu pagi ia terlambat datang shalat Subuh berjamaah dan mengisi baris terakhir. Selepas shalat, ia berusaha mencari tempat duduk terdekat kepada Rasul. Usahanya berhasil karena sahabat mengerti kondisi dirinya. Tapi pada titik akhir, ada seorang sahabat yang tidak memberikan tempat duduk dimana dia biasa duduk. Akhirnya Tsabit duduk di posisi yang agak menjauh.

Selagi Rasul sedang memberikan ilmunya..Tsabit bertanya kpd pria itu..” siapakah anda “. Orang itu menjawab..” aku si fulan bin fulan “. Tsabit yang mengetahui keluarga si fulan langsung berkomentar..” kamu adalah anak dari si fulan [ibunya] yang sangat terkenal akan kebiasaan buruk nya “. Pria ini sangat malu. Dihadapan RAsul dan Sahabat lainnya dia merasa dipermalukan, karena Tsabit menyebut keburukan ibunya. Akhirnya dia memberi jalan kepada Tsabit utk bisa duduk lebih dekat kepada Rasul..Rasul lalu menegur Tsabit dengan turun nya ayat ini…

a-k

…Sayyid Dastaghib Shirazi dari buku “Moral Values of Al-Quran”

Tafsir [2]


Tafsir Surat Al-Kautsar

﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ ﴿

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

﴿إِنَّا أَعْطَيْناكَ الْكَوْثَرَ﴾

1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kebaikan yang melimpah.

﴿فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ﴾

2. Maka dirikanlah salat karena Tuhan-mu dan berkorbanlah.

﴿إِنَّ شانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ﴾

3. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus.

Disebutkan bahwa Rasul SAAW memiliki 2 orang putra. Masyarakat jahiliah memandang bahwa putra lah penerus dari ayah nya, sedang putri tidak. Ketika 2 orang anak Rasul meninggal dunia, mereka mengejek2 Rasul dengan sebutan ‘al-abtar’. Menurut asal katanya..al-abtar itu adalah binatang [berekor] yang terputus ekor nya. Karena ekor adalah perhiasan bagi binatang, maka binatang tanpa ekor di pandang sebagai makhluk jelek. Bisa juga mengisyaratkan bahwa Rasul tidak mendapat nikmat dengan wafatnya putra penerus keluarganya.

Tapi Tuhan membantah kaum Musyrik. Ia menggembirakan Rasul dengan menyebut nikmat2 yang tak mungkin terhitung. Bisa itu nikmat hidup, ilmu, nikmat kesucian dan nikmat akhirat. Juga Allah menambah nikmat itu dengan janji akan lahirnya keturunan beliau dari garis putri beliau, Fatimah Zahra. Generasi2 Rasul yang kelak tampil mengisi pentas kemuliaan Islam dengan persembahan2 terbaik mereka. Dalam sebuah hadist nya, Rasul katakan bahwa ‘..keturunanku tidak akan terputus sampai hari kiamat kelak..”.Makanya, keturunan Rasul adalah salah satu keturunan yang sampai sekarang masih eksis..karena itu sudah janji dari Tuhan.

Allah juga membalikkan penyebutan ‘al-abtar’ kepada Musyrikin. Bahwa merekalah sebenarnya yang kelak di beri gelar itu. Karena mereka lah yang ‘ekor nya terputus’. Amal mereka, cita-cita mereka, kehendak mereka dan keturunan mereka….semuanya terputus.

Salah satu arti Al-Kautsar ini ialah telaga yang ada di suatu tempat pada masa alam akhirat. Telaga ini air nya manis laksana madu. Orang2 sangat ingin meminum air dari telaga ini. Karena Surat ini di diperuntukkan kpd Rasul melalui Fatimah sebagai penerus keturunan Rasul, maka Fatimah adalah penjaga telaga ini. Ia adalah orang yang melenyapkan dahaga kpd mereka2 yang kehausan di alam sana. Maka layak lah, selagi di dunia ini kita memperbanyak bacaan shalawat kepada mereka, agar kita termasuk org2 yang dilepaskan dahaganya nanti….” Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad “

a-k

..dari berbagai sumber

Asbabun Nuzul [2]


Q.S Al-Hujuurat 6

Berita dari seorang fasik

﴿ يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصيبُوا قَوْماً بِجَهالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلى‏ ما فَعَلْتُمْ نادِمينَ﴾

6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Awalnya Rasul SAAW mengirimkan seorang utusan ke Suku Bani Mustalak untuk meminta zakat sebagaimana yang beliau lakukan kepada kaum Muslim lain nya. Tapi orang yang di kirim ini tidak sampai ke tujuan, dan kembali ke Rasul dengan berita bahwa Bani Mustalak menolak untuk memberi zakat dan mereka akan membunuh si utusan tadi. Kaum Muslimin merasa gerah dengan berita ini dan bersiap untuk menyerang Bani Mustalak, karena mengira mereka telah mempersiapkan diri utk memberontak.

Berita kesiapan kaum Muslim terdengar kpd Bani Mustalak. Beberapa orang yang beriman dari mereka kemudian datang kepada Rasul dan berkata bahwa utusan tidak pernah datang kepada mereka. Akhirnya Rasul mengetahui masalahnya dan pertumpahan darah bisa di hindari.

DI cerita lainnya….Rasul yang tidak mempercayai utusan ini kemudian mengirimkan utusan lain nya. Lalu utusan itu akhirnya mengetahui cerita bahwa utusan pertama tidak pernah sampai ke Bani Mustalak. Ia akhirnya menceritakan kpd Rasul kisah sesungguhnya…Ayat ini turun sebagai panduan kepada kaum Muslim agar meneliti terlebih dahulu informasi yang sampai kepada mereka…apalagi jika informan nya di kategorikan orang-orang fasik.

a-k

sumber : Kotbah Jumat Ayatullah Sayid Hussain Fadhlullah, Masjid Al-Hasan, Beirut, Libanon

Asbabun Nuzul [3]


Malam 1000 bulan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadr.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

2. Dan tahukah kamu apakah malam Lailatul Qar itu?

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

3. Lailatul Qadr lebih baik daripada seribu malam.

تَنَزَّلُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْر

4. Pada malam itu, para malaikat dan ruh (malaikat Jibril) turun dengan izin Tuhan mereka untuk menentukan segala urusan

سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر

5. Malam itu (penuh) dengan kesejahteraan hingga terbit fajar.

Imam Ja’far As-Shodiq menceritakan : suatu pagi Rasul SAAW bersedih. Jibril turun menemui beliau menanyakan hal tersebut..’Wahai Rasul, mengapa engkau murung dan bersedih. Ada apakah gerangan ?. Rasul menjawab…:Jibril, tadi malam aku bermimpi. Dalam mimpiku…aku melihat sekelompok orang menyerupai monyet duduk di atas mimbarku…’. Jibril berkata : Wahai Rasul, sungguh aku tidak mengetahui maknanya..”. Jibril lalu pamit sebentar. Sekembalinya Jibril, ia berkata : ‘Hai Nabi..Tuhan telah menghiburmu dengan surat ini..lalu Jibril membacakan surat Al-Qadr.

Selanjutnya Rasul SAAW menemui Ali, menceritakan mimpinya dan berkata : ‘wahai Ali, malam Qadr di sisi mu, lebih baik dari 1000 bulan masa kekuasaan musuh-musuh mu [Bani Umayyah]. Imam Ja’far melanjutkan : 1000 bulan itu adalah masa kegelapan dari kekuasaan Umayyah..tidak berlebih sehari dan tidak kekurangan sehari pun..

a-k

sumber : Tafsir Surat Al-Qadr, Ayatullah Sayyid Muhammad Baqir Al-Musawi, Penerbit : Cahaya 2007

Tafsir [3]


بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

A K A L

إِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاء مِنْ مَّاء فَأَحْيَى بِهِ الْأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ بَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ وَ تَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ وَ السَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ

Al-BAqoroh : 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut dengan membawa apa yang berguna bagi manusia, air yang Allah turunkan dari langit, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering-kerontang), dan Dia tebarkan segala jenis hewan di atas bumi itu, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Pada suatu hari aku [Suma'ah bin Jamran] pernah hadir di majlis Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). Di sana juga hadir murid-muridnya yang lain. Beliau membicarakan tentang Akal dan Kejahilan. Kemudian Imam Ja’far (sa) berkata: “Kenalilah akal dan pasukannya serta kejahilan dan pasukannya, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”

Kemudian Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung menciptakatan akal sebagai makhluk ruhaniah pertama. Saat itu akal berada di samping kanan Arasy, ia diciptakan dari cahaya-Nya. Kemudian Allah berfirman padanya: menghadaplah pada-Ku, ia pun menghadap pada-Nya. Lalu Allah berfirman: berpalinglah, ia pun berpaling. Selanjutnya Allah berfirman: Kuciptakan kamu sebagai makhluk yang agung, Aku muliakan kamu di atas semua makhluk-Ku.

Kemudian Allah menciptakan kejahilan dari laut yang diliputi kegelapan. Lalu Allah menyuruhnya berpaling, ia pun berpaling. Kemudian menyuruhnya menghadap, tapi ia tidak mau menghadap-Nya. Maka Allah berfirman padanya: Kamu sombong! Kemudian mengutuknya.

Selanjutnya Allah menciptakan 75 pasukan akal. Melihat hal itu dengan sifat dengki dan permusuhan kejahilan berkata: Tuhan, akal adalah makhluk-Mu sebagaimana aku juga makhluk-Mu: mengapa Engkau muliakan dia dengan kekuatan sementara aku sebagai lawannya tidak memilikinya? Berikan padaku kekuatan seperti dia. Maka Allah berfirman: Baiklah. Tapi, jika kamu dan pasukanmu bermaksiat pada-Ku, Aku akan keluarkan kalian dari rahmat-Ku. Kejahilan menjawab: Aku terima janji itu. Kemudian Allah menciptakan baginya 75 pasukan. Pasukan akal dan pasukan kejahilan sebagai berikut:

No

Pasukan Akal Pasukan Kejahilan
1 Kebajikan (menteri akal) Kejahatan (menteri kejahilan)
2 Keimanan kekufuran
3 Harapan (raja’) Putus asa (qunuth)
4 Keadilan (‘adl) Kezaliman (zhulm)
5 Ridha terhadap takdir (ridha) Marah terhadap takdir (sukhth)
6 Rasa terima kasih (syukr) Kufur nikmat (kufr)
7 Pasrah (tawakkal) Ambisius (harsh)
8 Keperdulian (ra’fah) Tak perduli (ghirrah)
9 Pengetahuan (‘ilm) Kebodohan (jahl)
10 Kesucian, jaga diri (‘iffah) Kecerobohan (tahattuk)
11 Zuhud (zuhd) Cinta dunia (raghbah)
12 Sopan (rifq) Kasar (kharq)
13 Waspada (rahbah) Gegabah (jur’ah)
14 Rendah hati (tawadhu’) Sombong (takabbur)
15 Kalem (ta’uddah) Tergesa-gesa (tasarru’)
16 Menahan emosi (hilm) Tak sopan, gemar memaki (safah)
17 Pendiam (shamt) Banyak bicara, cerewet (hadzar)
18 Patuh pada Allah (istislam) Bangga diri, sombong (istikbar)
19 Patuh pada pemimpin yang benar (taslim) Arogan (tajabbur)
20 Pemaaf (‘afwu) Kedengkian (hiqd)
21 Lembut hati (riqqah) Keras hati (qaswah)
22 Keyakinan (yaqin) Keraguan (syak)
23 Kesabaran (shabr) Meronta (jaza’)
24 Lapang dada (shafh) Pendendam (intiqam)
25 Kaya hati (ghina) Fakir hati (faqr)
26 Merenung (tafakkur) Lalai (sahw)
27 Hafal (hifzh) Lupa (nisyan)
28 Penyambung (ta’aththuf) Pemutus (qathi’ah)
29 Rasa nerima (qana’ah) Rakus (hirsh)
30 Persamaan (musawat) nutup diri (man’u)
31 Cinta-kasih (mawaddah) Permusuhan (‘adawah)
32 Memenuhi janji (wafa’) Tidak memenuhi janji (ghadar)
33 Ketaatan (tha’ah) Kemaksiatan (ma’shiyah)
34 Rendah hati (khudu’) Arogansi (tathawwur)
35 Kedamaian (salamah) Bencana (bala’)
36 Cinta (hubb) Marah (ghadhab)
37 Kejujuran (shidq) Kebohongan (kidzb)
38 Kebenaran (haqq) Kebatilan (bathil)
39 Amanat (amanah) Khianat (khiyanah)
40 Ketulusan (ikhlash) Kemusyrikan hati (syaub)
41 Cekatan (syahamah) Lamban (baladah)
42 Kepandaian (fahm) Ketololan (ghabawah)
43 Pengenalan (ma’rifah) Penyangkalan (inkar)
44 Pengendalian, keteraturan (madarah) Perdebatan kasar (mukhasyanah)
45 Menjaga keselamatan orang lain Melakukan makar (mumakarah)
46 Menyimpan rahasia (kitman) Menyebarkan rahasia (ifsya’)
47 Menegakkan salat (shalah) Penyia-nyiaan (idha’ah)
48 Berpuasa (shiyam) Tidak puasa (ifthar)
49 Perjuangan (jihad) Lari dari perjuangan (nukul)
50 Melaksanakan haji (hajj) Melanggar perjanjian (nabdzul mitsaq)
51 Menjaga lisan Mengadu-domba (namimah)
52 Berbakti pada orang tua (birrul walidayn) Durhaka (’uquq)
53 Makruf (ma’ruf) Mungkar (munkar)
54 Menutu aurat (satr) Bersolek (tabarruj)
55 Menjaga diri (taqiyyah) Mengubral pembicaraan (idza’ah)
56 Keseimbangan (inshaf) Fanatik (hamiyyah)
57 Perkhidmatan (mihnah) Kedurjanaan (baghyu)
58 Bersih (nazhafah) Kotor (qadzir)
59 Malu (haya’) Bugil (khal’u)
60 Terarah (qashd) Permusuhan (’udwan)
61 Rileks (rahah) Kelelahan (ta’ab)
62 Kemudahan (suhulah) Kesulitan (shu’ubah)
63 Keberkahan (barakah) Kebinasaan (mahq)
64 Menjaga keseimbangan (qiwam) Berlebihan (mukasarah)
65 Kebijaksanaan (hikmah) Hawa nafsu (hawa)
66 Tangguh, kokoh terhadap beban (waqar) Rapuh, lemah terhadap beban (khiffah)
67 bahagia (sa’adah) Nestapa (syaqawah)
68 Taubat (tawbah) Keras kepala (ishrar)
69 Memohon ampun (istighfar) Terpedaya (ightirar)
70 Menjaga waktu ibadah (muhafazhah) Mengakhirkan waktu ibadah (tahawun)
71 Berdoa (du’a) Angkuh, sombong (istinkaf)
72 Rajin (nasysyath) Malas (kasal)
73 Kebahagiaan (farh) Kesedihan (huzn)
74 Persahabatan (ulfah) Perpecahan (firqah)
75 Dermawan (sakha’) Kikir (bukhl)

Semua sikap pasukan akal tersebut tidak akan menyatu kecuali pada diri seorang Nabi atau washi (penerus)nya atau seorang mukmin yang hatinya telah lulus dalam ujian. Adapun selain mereka, ia hanya memiliki sebagian pasukan ini, kemudian ia menyempurnakan jiwanya dengan pasukan akal sambil mewaspadai pasukan kejahilan. Ketika itulah ia akan mencapai derajat yang tinggi bersama para Nabi dan para washinya (sa). Tentunya sebelumnya ia harus mengenal keberuntungan melalui pengenalan akal dan pasukannya serta menjauhi kejahilan dan pasukannya. Semoga Allah membimbing kita untuk mentaati-Nya dan mencapai ridha-Nya.”

a-k

sumber : (Biharul Anwar 1: 109-111).

Imam Ja’far Shadiq memiliki adalah seorang berasal dari keturunan RAsuk SAAW. Ja’far bin Muhammad Baqir bin Zainal Abidin bin Hussein bin Ali bin Ab Thalib, silsilah ini disebut juga silsilah rantai emas…

Asbabun Nuzul [4]

Pengorbanan Tertinggi

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِن كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُورًا
إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرً

Sesungguhnya orang- orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas ( berisi minuman ) yang campurannya adalah air kafur. ) yaitu) mata air ( dalam surga )yang daripadanya hamba- hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik- baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana- mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ( ucapan ) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan(azab ) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang- orang bermuka masam penuh kesulitan.(Surah Al-Insan, 5-10).

Poros Pembahasan

Salah satu keutamaan penting bagi keluarga Nabi SAAW yang memuat pelajaran berharga adalah ayat-ayat surah Al-Insan. ­­­18 ayat dari 31 ayat surah ini berkaitan dengan keutamaan yang sangat tinggi tersebut. Sebagaian pembahasan dari 18 ayat itu menyinggung kisah Ith’am, sedang 14 ayat lainnya membahas pahala yang akan diterima oleh keluarga mulia yang disebut di dalamnya.

Kondisi Turunnya Ayat-ayat Tersebut

Terdapat banyak kitab yang memaparkan riwayat sebab turunnya ayat-ayat di atas. Allamah Amini dalam kitabnya Al-Gadir, menukil sebuah riwayat dari 34 kitab ulama Ahli sunah, sedang Marhum Qadhi Nurullah Syusytari menyatakan riwayat itu dapat dijumpai dalam 36 kitab mereka. Oleh karena itu, riwayat yang menceritakan sebab turunnya ayat-ayat ini adalah mutawatir. Riwayat tersebut demikian:

Pada waktu kecilnya, Hasan dan Husain menderita sakit, Rasulullah akhirnya datang ke rumah Ali dan Fatimah untuk menjenguk kedua cucunya yang sakit tersebut. Saat melihat kedua buah hatinya, Rasul bersabda kepada Ali : nazarlah, supaya Allah menghilangkan penyakit mereka!”

Setelah mendengar itu, Ali langsung berkata: Ya Allah jika kedua anakku ini sembuh maka aku akan berpuasa selama tiga hari. Fatimah juga bernazar demikian; bahkan Hasan dan Husain –kendati usia mereka masih kecil- melakukan hal yang sama yaitu mengikuti orang tua mereka berpuasa selama tiga hari. Fidhah, pembantu rumah mulia itu juga bernazar hal yang sama.

Tak lama kemudian penyakit dua buah hati Rasul tersebut hilang, dan tiba saatnya bagi mereka untuk melaksanakan nazar. Pada hari pertama, Ali telah menyiapkan tepung jo (sejenis gandum; kwalitasnya lebih rendah dari gandum) untuk buka puasa selama tiga hari tersebut dan tepung tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian darinya diperuntukkan untuk membuat roti sebagai santapan buka puasa pada hari pertama. Saat hendak berbuka, terdengar suara ketukan pintu, penghuni rumah menuju pintu untuk mengetahui siapa gerangan yang berada di balik pintu. Ternyata di situ sudah berdiri seseorang yang berkata: Salam atasmu wahai Ahlul bait. Kemudian dia berkata, aku adalah orang msikin dan butuh bantuan, maka bantulah diriku!

Ali memberikan rotinya kepada si miskin, Fatimah juga melakukannya; bahkan semua anggota keluarga yang lain juga menyedekahkan jatah buka puasanya yang tak lain sepotong roti kepada orang miskin yang datang. Dan pada hari itu mereka berbuka dengan air putih saja.

Hari berikutnya mereka juga berpuasa dan dengan sepertiga tepung tadi mereka siap berbuka, akan tetapi terdengar suara dari luar rumah yang berkata:” Salam atasmu wahai Ahlul bait. Merekapun keluar dan bertanya: siapakah anda dan apa keperluanmu? Dia menjawab, saya salah seorang anak yatim di kota ini, aku lapar tolong berikan aku makanan untuk mengisi peutku yang kosong ini. Ali memberikan jatah buka puasanya kepada yatim itu dan anggota keluarga yang lain juga dengan penuh keikhlasan mengikuti beliau. Dengan demikian malam kedua sama seperti malam pertama, buka puasa mereka dengan air putih saja.

Pada hari ketiga sesuai nazar, mereka menyempurnakan puasa mereka dan sebagaimana hari pertama dan kedua kisah itu terulang lagi. Kali ini seorang tawanan yang datang dan meminta bantuan dari keluarga suci ini, lagi-lagi seluruh keluarga ini memberikan jatah buka puasa mereka kepadanya dan untuk ketiga kalinya mereka berbuka dengan air saja. Dan akhirnya nazar itu terbayar juga.

Pada hari berikutnya, Rasulullah Saw sangat sedih melihat Hasan danHusain dalam keadaan lemas yang akibatnya badan mereka bergetar. Di sisi lain, mata sayidah Fatimah cekung. Beliau bertanya kepada Ali: wahai Ali, kenapa anak-anak begitu lemah seperti ini dan kenapa raut muka putriku memudar?

Ali menuturkan kisah yang telah mereka alami dan pada saat itu malaikat Jibril datang dengan membawa ayat-ayat surah Al-Insan ini.

Penjelasan Dan Tafsir

Lima Ciri-ciri Ahlul Bait a.s.

Empat ayat dari 18 ayat surah ini membahas amal yang dilakukan oleh keluarga suci ini dan 14 ayat lainnya Allah menyebutkan pahala pekerjaan mereka. Berikut ini 4 ayat tersebut di sana terdapat lima ciri-ciri Ahlul bait a.s.:

1. Menjalankan sumpah dan janji

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ

Pekerjaan pertama keluarga ini yang harus dicontoh oleh seluruh manusia adalah melaksakan nazar. Akan tetapi sebagain manusia saat dihimpit oleh musibah mereka bernazar akan tetapi saat nazar itu telah tiba masanya mereka lupa dan mencari-cari alasan untuk tidak melaksanaknnya. Memang sebagai kaum muslim merupakan misdaq dari ayat ini:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Saat mereka menaiki perahu maka menyeru Allah dengan penuh keikhlasan, (akan tetapi) saat mereka berada di daratan merekakembali musyrik.[1]

Sedang Ahlul bait a.s. tidaklah demikian dan bukan hanya nazar saja yang mereka lakukan namun semua janji dan kesepakatan mereka kerjakan; karena salah satu tanda-tanda keimanan[2] dan muslim sejati adalah menjalankan segala janji apapun kesulitan yang akan menimpa.

2. Takut Terhadap Hari Kiamat

وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا. Ciri kedua Ahlul bait yang cukup dominan dan disebut oleh Allah Swt dalam ayat ini adalah mereka takut akan hari kebangkitan. Perlu dipahami bahwa ini bukan berarti di sana akan terjadi kezaliman dan hak-hak akan diinjak-injak. Akan tetapi mereka takut karena pengadilan ilahi; mengingat semua amal perbuatan manusia dari yang terkecil hingga yang terbesar akan dimintai pertanggung jawaban. Sebuah pengadilan yang tolok ukurnya terdapat dalam dua ayat berikut: فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ oleh karenanya wajar jika seseorang merasa takut.

3. Membantu Orang Yang memerlukan

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِير

Ciri ketiga Ahlul bait a.s. yang menjadi poros pembahasan ayat-ayat ini adalah membantu orang yang memerlukan. Keluarga suci ini rela memberikan hal-hal yang mereka perlukan sendiri untuk kepentingan orang fakir. Mereka membantu orang miskin, anak yatim dan tawanan. Dalam ayat ini tiga kelompok masyarakat ini disebut oleh al-Quran.

a. Miskin, kata ini diambil dari kata sukun, yang berarti orang yang tidak memiliki apa-apa, kepapaan telah menindih mereka dan membuat mereka melekat ke bumi.

b. Yatim, adalah seseorang yang sudah kehilangan pengayomnya. Seorang yatim bisa jadi tidak merasa kekurangan dalam sisi materi, akan tetapi secara psikologis dia kering akan kasih sayang.

c. Tawanan, adalah orang yang jauh dari rumah, kota dan tempat tinggalnya dan berada di kota lain sendirian dan tidak memiliki siapa-siapa. Seorang tawanan bisa jadi di kota asalnya orang yang cukup akan tetapi saat ditawan dia membutuhkan bantuan dan uluran tangan.

Kongklusinya, seorang mukmin hendaknya membantu orang yang membutuhkan sesuai kemampuan yang dimiliki. Dewasa ini, sebagaian tiga kelompok masyarakat tersebut sudah tidak ada lagi, akan tetapi ada kelompok lain yang juga membutuhkan bantuan.

4. Ikhlas

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُورًا

Ciri dan keutamaan Ahlul bait yang keempat adalah keikhlasan luar biasa mereka. Mereka berkata: bahwa bantuan yang kami salurkan kepada kalian wahai miskin, yatim dan tawanan hanya untuk mengahrap ridho ilahi, dan kami tidak menginginkan balasan sepeserpun dari kalian.

Apakah orang biasa dapat mengatakan seperti ini? Lebih dari itu, jika ucapan terima kasih diganti umpatan dan cemoohan, keluarga suci ini juga tetap pada posisi mereka.

Ikhlas merupakan hal yang sangat berharga dan langka, oleh karena itu Islam selalu menekankan masalah kwalitas dan cara pelaksanaan amal bukan kwantitas; artinya satu rakaat salat yang penuh ikhlas itu lebih bernilai di sisi Allah Swt dari pada seribu rakaaat tanpanya.

5. Takut Kepada Allah Swt

إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

Ciri kelima mereka adalah takut kepada Allah. Pada ciri kedua, yaitu takut akan hari kebangkitan telah disebutkan dan sekarang disebut masalah takut kepada Allah, apakah kedua hal ini berbeda?

Jawab, tidak mesti takut kepada Allah dikarenakan siksaan api neraka-Nya di hari kiamat kelak, karena bisa jadi ketakutan tersebut berasal dari zat itu sendiri. Saat manusia memikirkan keagungan Allah Swt maka rasa takut akan menguasainya dan seluruh tubuhnya akan gemetar. Sebagaimana seseorang yang menemui tokoh penting dan ingin mengutarakan sesuatu, bisa jadi karena kebesaran tokoh tersebut dia gemetaran dan tidak mampu mengeluarkan kata-kata; padahal tokoh tersebut orang yang sangat peramah, baik budi dan yang lain. Oleh karena itu ciri kelima ini bukan ulangan dari ciri kedua, dan maksud dari takut kepada Allah adalah disebabkan keagungan dan kebesaran-Nya.

Pahala-pahala Sebuah Itsar Yang Ikhlas

Sebagaimana telah disebutkan 14 ayat dari 18 ayat surah ad-Dahr berkaitan dengan kisah pengorbanan dan sedekah keluarga Ali a.s. juga menjelaskan pahala-pahala yang berlimpah dari pengorbanan yang besar ini; dengan penuh keyakinan dapat dikatakan bahwa tidak ada di dalam al-Quran sebuah amal yang memiliki pahala sebesar ini; pahala perbuatan itu disebut lima belas kali secara beruntun dan jika yang kecil-kecilnya dihitung juga maka dalam 14 ayat ini akan didapati 20 pahala. Pahala-pahala ini akan kami jelaskan dalam 12 poin. Namun sebelum itu perlu disampaikan beberapa pendahuluan berikut ini:

Perbandingan antara Pahala Duniawi dan Ukhrawi

Tanpa diragukan lagi pahala ukhrawi berbeda dengan pahala duniawi; karena bagaimanapun penjelasan pahala tersebut menggunakan ungkapan-ungkapan duniawi akan tetapi masih memiliki kandungan ukhrawi. Oleh karena itu, saat kita mendengar kenikmatan ukhrawi hanya sebuah terkaan dari realita dunia akhirat dan jangan berharap kita dapat memahami secara utuh hakikat dari nikmat-nikmat dunia lain itu. Sebagaimana sebuah janin yang di perut ibu, walaupun dia Abu Ali Sina sekalipun tidak akan mampu memahami hakikat-hakikat yang ada di dunia; kendatipun sang ibu menggambarkan hakikat dunia dengan gambaran yang terbaik yang dapat ditangkap adalah sekedar terkaan biasa. Atas dasar ini kita membaca sebuah riwayat dari Rasulullah Saw yang bersabda: “sesungguhnya Allah berkata: Aku telah menyiapkan untuk hamba-hambaku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia.”[3]

Oleh karena itu bisa jadi sebuah lafadz dalam dunia ini memiliki arti akan tetapi kata itu jika digunakan untuk kenikmatan surgawi akan memiliki pengertian yang berbeda atau bahkan bertolak belakang. Pada pembahasan mendatang pembahasan ini akan kami jelaskan secara panjang lebar. Berikut ini 12 kenikmatan yang diterima oleh Ahlul bait berkat itsar yang mereka lakukan:

1. Ketenangan. Nikmat pertama yang akan mereka terima adalah ketenangan. Allah akan menghilangkan dari mereka problematika hari kiamat dan meliputi mereka dengan kebahagiaan. Ketenangan dianggap sebagai nikmat pertama mengindikasikan bahwa nikmat ini sangat bernilai sekali. Ketenangan di dunia dan di akhirat merupakan nikmat terbesar dan terpenting. Di dunia begitu banyak orang yang memilki fasilitas namun mereka tidak memiliki ketenangan; seluruh fasilitas dan kenikmatan orang-orang semacam ini sebenarnya sarana siksaan bagi mereka. Sehingga tidak aneh jika banyak orang-orang kaya yang bunuh diri. Konon di salah satu kota di Amerika terdapat sebuah hutan yang kerap dipanggil dengan hutan bunuh duru di mana mayoritas pengunjung hutan ini orang-orang kaya dan para pemodal yang memiliki segala sesuatu selain ketengan! Di satu sisi kita melihat manusia-manusia yang memiliki fasilitas yang sangat minim dan memiliki kebutuhan primer yang tidak memadai namun mereka hidup dalam kondisi yang senang dan riang karena mereka memiliki ketenangan

Jika ditanyakan bagaimana caranya mendapatkan nikmat yang sangat besar dan bernilai ini? Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat mengatakan: Allah Swt mengatakan dalam surah al-An’am yang isinya nikmat ketenangan itu dapat diraih oleh orang-orang yang beriman. Dalam ayat itu Allah berfirman: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kezaliman maka bagi mereka adalah ketenangan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah.”

Dalam ayat 28 dalam surah ar-Ra’d juga telah dijelaskan bahwa mengingat Allah merupakan sumber abadi dari anugrah dan berkah serta menjadi sebab ketenangan hati.

2. Taman-taman syurgawi. Nikmat lain yang akan menjadi pahala merka adalah taman-taman tersebut dimana semuanya berbeda dengan taman-taman yang ada di dunia. Taman-taman yang di bawahnya selalu dialiri oleh air, taman-taman yang tidak pernah berhenti untuk berbuah para pengunjungnya tidak perlu menyusahkan diri untuk memetik buahnya akan tetapi setiap kali mereka menginginkan buah tersebut ranting-ranting pohon itu akan datang menghampirinya.

3. Ketengan dan istirahat. Araik jamak dari arrikah yang bermakna ranjang pengantin kemudian kata ini digunakan juga untuk seluruh ranjang yang indah. Para penduduk syurga di dalam taman-taman akan bersandar di atas ranjang-ranjang dan menyaksikan kenikmatan syurgawi. Ungkapan muttiqiin merupakan ungkapan yang indah karena manusia saat memiliki ketenangan dia akan tenang bersandar, akan tetapi orang yang sedang gunjang tidak akan bisa duduk denganm tenang akan tetapi dia akan mondar mandir ke sana dan ke mari.

4. Suasana asri yang mengenakkan. Hawa syurga sangat normal di sana tidak ada sengatan panas matahari sehingga penghuninya putuh pada pendingin juga tidak dingin yang membuat orang butuh pada pemanas; akan tetapi hawa di sana selalu mengabarkan musim semi di padu dengan serpihan angin semilir. Tanpa diragukan lagi pada hawa normal semacam ini bersandar diatas ranjang-ranjang indah syurga di bawah naungan pohon-pohon yang padat dengan buah-buah merupakan kenikmatran yang tidak dapat digambarkan.

Soal: dalam ayat ini dijelaskan bahwa matahari tidak ada di Syurga, akan tetapi dalam ayat-ayat selanjutnya disebutkan bayangan-bayangan pohon-pohon syurga. Jika di dalam syurga matahari tidak ada lalu bagaimana mungkin di sana ada bayangan-bayangan pepohonan. Apakah ayat ini tidak bertentangan satu sama lain?

Jawab: pertama, al-Quran tidak mengatakan bahwa di syurga tidak ada matahari akan tetapi mengatakan matahari tersebut tidak dapat di lihat, artinya pohon-pohon syurghawi begitu lebatnya sehingga dari cela-cela dedaunannya pu para penghuni syurga tidak dapat melihat matahari. kedua, maksud dari firman Allah لا يرون فيها شمسا adalah matahari yang panas dan menyengat tidaka akan ada, sedang keberadaan matahari yang normal itu tidak dinafikan. Oleh karena itu di dalam ayat ini tidak terdapat pertentangan.

5. Naungan dan Buah-buahan. Naungan-naungan pepohonan syurga meliputi para penghuni syurga dan buahnya sangat mudah dipetik; sehingga sebgaimana telah disebutkan para penghuni syurga tidak pernah kerepotan untuk mendapatkannya.

6. Para pembantu abdi-abdi yang muda belia setiap penghuni syurga membutuhkan sesuatu disisi mereka telah seap para abdi-abdi muda belia yang rupawan laksana mutiara yang bertebaran. Dan tidak perlu mereka dipanggil karena mereka selalu hadir di tengah-tengah mereka.

7. Di sana yang sangat indah segala jenis busana-busana indah telah disiapkan untuk para penghuni syurga; baik dari sutra tipis atau sutra tebal bahkan busana-busana yang di waktu didunia diharamkan untuk kaum laki-laki di akhirat itu dapat dipakai.

8. Alat-alat perhiasan. Memakai segala perhiasan itu diperbolehkan sehingga tangan-tangan para penduduk syurga dipenuhi oleh gelang-gelang perak.

9. Peralatan rumah tangga jenis piring-piring dan minuman itusangat penting jika makanan terbaik diletakkan di sebuah tempat yang tidak baik adn kotor maka itu akan menghilangkan selara manusia dan sebaliknya, jika makanan biasa diletakkan di sebuah tempat yang indah bersih dan serasi maka selera seseorang akan bertambah. Oleh karena itu segala macam tempat baik kecil atau besar dan peralatan lain yang terdiri dari perak akan disediakan untuk para penghuni syurga. Dan perlu difahami bahwa perak di dunia berbeda dengan perak di sana.

10. Beragam anekan nikmah. Saat mereka memasuki syurga dan melihat nikmat-nikmat yang belum mereka rasakan mereka menyadari bahwa mereka sedang menyaksikan dengan mata kepala sendiri nikmat-nikmat yang tidak bisa disifati.

11. Kerajaan yang besar. Para penduduk syurga dari segi fasilitas pelayanan dan kedudukan begitu besarnya seakan-akan setiap dari mereka memilki pemerintahan tersendiri.

12. Aneka macam minuman syurgawi. Salah satu nikmat alllah Swt yang sering kali diulang dan dijanjikan adalah aneka macam minuman syurgawi. Minuman- minuman yang bukan hanya mencuri akal dan benak manusia akan tetapi membawa kebugaran dan ketenangan. Dalam ayat-ayat surah ad-Dahr telah disebutkan tiga macam minuman syurgawi:

a. Minuman Kapur oarng-orang yang baik dan berbudi luhur akan meminum sebuah minuman yang dicampur dengan minyak wangi kapur yang sangat bagus. Kapur adalah bahan anti bakteri yang biasa digunakan untuk memandikan mayit supaya badan mayit selamat dari bakteri, akan tetapi dalam bahasa arab kapur memiliki arti yang lebih luas lagi dan mencakup semua hal yang berbau wangi; dengan demikian maksud dari minuman kapur adalah minuman yang memiliki wangi khusus di mana saat para penghuni syurga meminumnya dari baunya mereka merasa bahagia.

b. Minuman zanjabil. Zanjabil dalam bahasa arab juga diartikan pada maksudnya yang masyhur juga dipakai untuk sebuah minyak wangi khusus, dan pada ayat ini arti kedua yang diinginkan oleh karena itu para penghuni syurga akan dituangi sebuah minuman yang dicampur dengan minyak wangi zanjabil.

c. Minuman yang suci. Minuman ketiga yang akan dinikmati oleh para penghuni syurga adalah minuman thahur di mana Allah yang akan menuang minuman tersebut.

Ungkapan yang berkaitan dengan tiga ungkapan di atas perlu dicermati; dalam minuman kapur dijelaskan mereka akan minum dengan tangan mereka sendiri. Dan pada minuman zanjabil diungkapkan dengan dituangi yang berarti merka akan dituangi minuman tersebut oleh para abdi-abdi. Sedang berkaitan dengan Syarab thahur dikisahkan tuhan mereka yang akan menuangnya.

Apa itu Syarab Thahur?

Dalam sebuah riwayat disebutkan saat para penghuni syurga meminum syarab thahur: minuman ini akan menyucikannya dari segala sesuatu selain allah[4]. Rasulullah Saw dalam hadis yang lain mengatakan faidah dari minuman thahur: Allah akan menyucikan hati mereka dengannya dari penyakit hasad.[5] Iri hati merupakan salah satu musibah kehidupan umat manusia terkadang manusia memiliki segala kenikmatan dan fasilitas, akan tetapi dia tidak sanggup melihat keberhasilan orang lain.

Pesan-pesan Ayat

1. Pentingnya membantu orang yang membutuhkan. Inti pembahasan 18 ayat surah ini berkaitan denga hal penting ini. Dan ini merupakan perhatian luar biasa Allah Swt terhadap mereka.

2. Kwantitas bukan tolok ukur.salah satu pesan penting ayat-ayat surah dahr ini adalah nilai sebuah amal beragntung kepada kwlitas dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Karena sedekah yang mereka lakuka tak lebih dari beberapa kilo gandum, namun saat perbuatan itu dilandasi oleh keikhlasan maka Allah memberikan balasan yang luara biasa.


[1]Surah Al-Ankabut, ayat 65.
[2]Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang dapat dirujuk dalam kitab Mizanul hikmah, bab 302, jilid 1, halaman 346.
[3] Payome Quran, jilid 6, hal 302.
[4] Bihar al-Anwar jilid 8, hal 118.
[5] Bihar al-Anwar jilid 8, hal 157.

a-k

Surat Al-Insaan biasa juga disebut Ad-Dahr

Jumat, 27 Maret 2009

Belajar Nahwu dan Sharaf Dari Ali as.

Kita sering mendengar bahwa ilmu nahwu dan ilmu tata bahasa arab, seperti halnya ilmu-ilmu lain dalam islam berasal dari Ali as. akan tetapi kebanyakan kita tidak mengetahuinya.

Abu Al-Qasim zajjaj adalah salah seorang ulama ilmu nahwa dan tata bahasa arab, ia meriwayatkan dari Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Rustam Thabari. Abu Hatim Sistani dari Ya’qub bin Ishaq Hadhrami dari Said bin Muslim bahili dan Said menukil dari ayah dan kakeknya, bahwa Abu Al-Aswad Al-Duali berkata:

Aku berkunjung ke rumah Amirul Mukminin Ali as., aku melihat beliau menundukan kepala dan sedang berfikir dalam.

Aku berkata kepadanya: Wahai Amirul Mukminin apa yang lagi anda fikirkan?

Beliau berkata: Aku mendengar bahwa di
kota kamu ada beberapa orang salah dalam membaca Alquran. Aku berniat untuk menyusun kitab tentang dasar-dasar tata bahasa arab.

Aku berkata : jika anda berkenan berilah kesempatan kepadaku, sehingga kami bisa mengabadikan pelajaranmu itu.

Setelah beberapa hari beliau memberikan kepadaku buku kecil yang bertuliskan; “bismillahirrahmannirrahiim kalam dalam bahasa arab terbagi menjadi tiga bagian; isim, fi’il dan huruf.

Isim adalah kata yang menceritakan musamma ( benda yang diberi nama ). Fi’il adalah kata yang menceritakan gerak gerik ( pekerjaan ) musamma. Sementara huruf adalah kata yeng menceritakan suatu makna yang bukan isim dan bukan juga fi’il.

Kemudian beliau berkata: lanjutkanlah dan jika mungkin tambahkan kepadanya.

Wahai Abu Al-aswad! Isim juga memiliki tiga bagian; isim dhahir (yang jelas), isim mudhmar (yang tersembunyi/dhamir) dan isim yang tidak dhahir dan juga tidak mudhmar.
Para ulama banyak berdebat pada isim yang ketiga ini yaitu yang tidak dhahir dan tidak mudhmar.

Abu Al-Aswad berkata: dari perkataan Ali as. aku menangkap beberapa poin dan aku sampaikan kepadanya: dari huruf naashibah ( yang menasabkan ) yaitu, inna, anna, laita, la’alla dan kaanna. Dan aku tidak menyebutkan kata laakinna. Beliau lalu menimpal; kenapa engkau tidak menyebutkan kata laakinna?

Aku berkata: kata itu tidak termasuk golongan ini.

Beliau berkata: anda salah, kata itu termasuk golongan tersebut. Maka masukanlah kata laakinna kepada isim yang menasabkan.

Lalu Zajjaj berkata: Ketika Amirul Mukmini as. berkata kepada Abu Al-Aswad bahwa isim terbagi menjadi tiga yaitu isim dhahir, isim mudhmar dan isim yang bukan dhahir dan bukan mudhmar dan ulama hanya berdebat pada isim jenis ketiga, seperti kata; zaid, amr dan lain-lain.

Isim Dhahir seperti kata rajul, fars… Dan isim mudhmar seperti kata ana, anta, antuma, antum…atau huruf ‘ta’ pada kata fa’alta…atau huruf ‘kaf’ pada kata ghulaamuka…atau hurut ‘ya’ pada kata Ghulaami…atau huruf ‘ha’ pada kata ghulaamuhu… atau huruf ‘ya’ pada kata ikramii… atau huruf ‘naa’ pada kata kharajnaa… atau huruf ‘alif’ pada kata qaamaa… dan seterusnya…

Isim yang bukan dhahir dan bukan mushmar adalah isim-isim mubhaamaat seperti kata-kata ; haadzaa, haadzihi… man, maa, alladzi, ayyu, kam, mataa, ‘aina dan lain-lain.

Ketika menyebutkan aturan tata bahasa arab Ali as. berkata : kalam dalam bahasa arab ada tiga bagian; isim, fi’il dan huruf. Lalu beliau menyebutkan definisi dan pembagiannya lalu berkata : masalah yang paling rumit adalah mengetahui bahasa arab yang mubhamaat. ( Zahr Al-Rabi’, cetakan Najaf hal. 173 )

Sabtu, 03 Januari 2009

Keutamaan Surat Yusuf



Rasulullah saw bersabda:
“Ajarkan surat Yusuf pada budak-budakmu, karena seorang muslim yang membaca dan mengajarkannya pada keluarga dan budaknya, Allah akan memberi kemudahan saat sakratul mautnya dan memberinya kekuatan agar sebagai seoramg muslim tidak dihasud.” (Tafsir Majmu’ul Bayan)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang membaca surat Yusuf setiap hari dan setiap malam, ia akan dibangkitkan pada hari kiamat keindahan wajahnya seperti keindahan Yusuf, tidak ditimpa azab besar pada hari kiamat, dan ia termasuk ke dalam hamba-hamba Allah yang sholeh dan pilihan.” Beliau juga mengatakan bahwa penyataan ini juga termaktub di dalam kitab Taurat. (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Janganlah kamu mengajarkan surat Yusuf kepada isterimu (juga anak perempuanmu), dan janganlah mereka membacanya, karena di dalamnya terdapat fitnah. Ajarkan pada mereka (isteri anak perempuan) surat An-Nur, karena di dalamnya terdapat nasehat-nasehat.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Makruh hukumnya bagi perempuan mempelajari surat Yusuf.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata bahwa anaknya (sa) pernah berkata: “Demi Allah, aku tidak melakukan pada sebagian anakku, mendudukkan pada pangkuanku, dan tidak pernah pilih kasih, walaupun kebenaran berada pada seorang anakku dan sebagian yang lain menolaknya. Hal ini agar tidak terjadi seperti perlakuan saudaranya pada Yusuf. Surat Yusuf tidak diturunkan kecuali seperti itu agar sebagian kita tidak menghasud sebagian yang lain seperti Yusuf dihasud dan dizalimi oleh saudaranya…” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Keutamaan Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal



Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi, ia akan terjaga selama delapan hari dari setiap fitnah, jika Dajjal keluar dalam delapan hari Allah akan menjaganya dari fitnah Dajjal.” Hadis ini bersumber dari Ubay bin Ka’b dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi, ia tidak akan terkena bahaya fitnah Dajjal, barangsiapa yang membaca seluruh ayatnya ia akan masuk surga.” Hadis ini bersumber dari Sammarah bin Jundab dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)

Rasulullah saw bersabda:
“Maukah aku tunjukkan padamu suatu surat yang diikuti oleh seribu malaikat ketika diturunkan, dan keagungannya memenuhi antara langit dan bumi?” Sahabat menjawab: Mau. Rasulullah saw bersabda: “Surat Ashhabul Kahfi. Barangsiapa yang membacanya pada hari Jum’at, Allah akan mengampuni dosanya sampai Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari, diberi cahaya yang mencapai ke langit, dan akan terjaga dari fitnah Dajjal.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang menjaga sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi, ia akan memiliki cahaya pada hari kiamat.” Hadis ini bersumber dari Abu Darda’ dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, ia akan terjaga hingga tahun berikutnya dari setiap fitnah, dan jika Dajjal keluar ia akan terjaga darinya.” Hadis ini bersumber dari Said bin Muhammad Al-Jurmi dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi saw. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 243)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi setiap malam Jum’at, ia tak akan mati kecuali mati syahid, Allah akan membangkitkannya sebagai orang yang syahid, dan pada hari kiamat ia akan bersama orang-orang yang syahid.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi setiap malam Jum’at, ia diampuni dosanya antara Jum’at dan Jum’at berikutnya.” Hadis ini bersumber dari Ayyub bin Nuh dari Muhammad bin Abi Hamzah dari Imam Ja’far Ash-Shadiq. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 3: 242)

Keutamaan surat Al-Qadar



1. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar, pahalanya sama dengan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dan menghidupkan malam Al-Qadar.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/613).

2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Tidak ada seorang pun hamba yang membaca surat Al-Qadar tujuh kali sesudah shalat Subuh, kecuali para malaikat bershalawat kepadanya 70 shalawat dan mencurahkan rahmat kepadanya 70 rahmat.” (Mafatihul Jinan 79).

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Qadar dalam shalat-shalat fardhunya, malaikat memanggilnya: Wahai hamba Allah, Allah telah mengampuni dosamu yang lalu, maka mulailah amalmu.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 5/612).

4. Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Barangsiapa yang berziarah ke kuburan saudaranya yang seiman, kemudian ia meletakkan tangannya ke kuburannya dan membaca surat Al-Qadar (7 kali), Allah menjamin keamanan baginya dari ketakutan yang paling besar.”
(Tafsir Ats-Tsaqalayn 5/613).

5. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) menasehati para sahabat dan pengikutnya: “Barangsiapa yang sakit, hendaknya ia mengambil bejana yang baru, kemudian diisi air oleh dirinya sendiri, lalu membacakan pada air itu surat Al-Qadar secara tartil sebanyak (30 kali), kemudian air itu diminum, dibuat wudhu’ dan diusapkan pada bagian yang sakit, jika airnya kurang bisa ditambahkan. Jika hal itu dilakukan, insya Allah dalam waktu tiga hari Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.”
(Tafsir Ats-Tsaqalayn 5/613).

Keutamaan Surat Ar-Rahman



1. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan padanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/187).

2. Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jangan tinggalkan membaca surat Ar-Rahman, bangunlah malam bersamanya, surat ini tidak menentramkan hati orang-orang munafik, kamu akan menjumpai Tuhannya bersamanya pada hari kiamat, wujudnya seperti wujud manusia yang paling indah, dan baunya paling harum. Pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang berdiri di hadapan Allah yang lebih dekat dengan-Nya daripadanya. Pada saat itu Allah berfirman padanya: Siapakah orang yang sering bangun malam bersamamu saat di dunia dan tekun membacamu. Ia menjawab: Ya Rabbi, fulan bin fulan, lalu wajah mereka menjadi putih, dan ia berkata kepada mereka: Berilah syafaat orang-orang yang mencintai kalian, kemudian mereka memberi syafaat sampai yang terakhir dan tidak ada seorang pun yang tertinggal dari orang-orang yang berhak menerima syafaat mereka. Lalu ia berkata kepada mereka: Masuklah kalian ke surga, dan tinggallah di dalamnya sebagaimana yang kalian inginkan.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

Keutamaan Surat Al-Waqi’ah



Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” .” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman 117).

Keutamaan Surat Al-Mulk



Ibnu Abbas berkata: “Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas kuburan dan ia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari kuburan itu: Inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceriterakan kepada Rasulullah saw. Lalu beliau bersabda: Surat Al-Mulk dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, hlm 279/817; Al-Bihar 82/ 64, 92/313/2, 102/269/

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam Taurat, barangsiapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan, …Sungguh aku membacanya dalam shalat sunnah sesudah Isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku (sa) membacanya pada siang dan malam. Barangsiapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar dan Nakir akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini berpijak padaku lalu ia membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.” (Al-Kafi 2/233/hadis 2)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa): “Bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”

Keutamaan Surat Ad-Dukhkhân



Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam hari, ia akan dimohonkan ampunan oleh seribu malaikat.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/620).

Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam Jum’at, ia akan diampuni dosanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/620).

Abu Umamah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam Jum’at atau hari Jum’at, ia akan dibangunkan oleh Allah rumah di surga.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/620).

Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Wahai putera Rasulullah, bagaimana cara mengetahui bahwa malam Al-Qadar itu terjadi setiap tahun? Beliau menjawab: “Jika bulan Ramadhan telah datang, maka bacalah surat Ad-Dukhkhan setiap malam seratus kali, kemudian jika malam yang ketiga belas datang maka lihatlah kebenaran apa yang kamu tanyakan.”

Imam Muhammad Al-Baqir (as): “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan dalam shalat-shalat fardhu dan shalat-shalat sunnah nafilah, Allah akan membangkitkannya sebagai orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat, menaunginya di bawah naungan arasy-Nya, mempermudah hisab amalnya, dan memberikan kepadanya catatan amalnya di tangan kanannya.” (Kitab Tawabul A’mal, hlm 141; Al-Bihar 7/295/ 20, 92/299/1).

Keutamaan Surat Ash-Shaffât


Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ash-Shaffat, ia akan dikaruniai pahala sepuluh kebaikan dengan sejumlah setiap jin dan setan, dijauhkan dari godaan setan, diselamatkan dari kemusyrikan, dan pada hari kiamat dua malaikat penjaganya akan bersaksi bahwa ia mempercayai semua rasul.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/309).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ash-Shaffat pada setiap hari Jum’at, ia akan selalu terjaga dari setiap penyakit, terselamatkan dari setiap bala’ dalam kehidupan dunia, diluaskan rizkinya; Allah tidak menimpakan pada hartanya, anaknya dan hartanya keburukan setan yang terkutuk dan keburukan orang-orang yang sombong dan zalim; dan jika ia mati pada hari itu atau malamnya, Allah akan membangkitkan dari kuburnya sebagai orang yang syahid, mematikannya sebagai orang yang syahid, dan memasukkannya ke surga bersama para syuhada’ dalam tingkatan surga.” (Tsawabul A’mal, hlm 112).

Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata kepada puteranya Al-Qasim: “Berdirilah wahai anakku, bacalah surat Yasin dan Ash-Shaffat sampai sempurna di sisi kepala saudaramu.” Kemudian ia membacanya. Ketika sampai pada kalimat “Ahum asyaddu khalqan am man khalaqna” (Shaffat: 11), pemuda itu meninggal. Ketika suasana hening dan mereka semua keluar, Ya`qub bin Ja`far mendekatinya dan berkata kepadanya: Kami berjanji jika ada orang yang akan meninggal kami akan membacakan di sisinya surat Yasin dan Ash-Shaffat. Kemudian Imam berkata: “Wahai anakku, tidaklah dibacakan di sisi seorang hamba yang menghadapi kesulitan dalam sakaratul mautnya kecuali Allah mempercepat kematiannya dalam keadaan bahagia. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/309; Al-Kafi 3/126)

Keutamaan Surat Al-Kafirun



Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kafirun, pahalanya seperti membaca seperempat Al-Qur’an, ia akan dijauhkan dari godaan setan, diselamatkan dari kemusyrikan, dan diampuni pada hari kiamat.” (Tafsir Nur Ats-Taqalayn 5/684).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kafirun dan surat Al-Ikhlash dalam shalat fardhu, Allah akan mengampuni dosanya dan dosa orang tuanya. Dan ia tidak akan melahirkan anak yang celaka, walaupun semestinya anak itu tergolong pada anak yang celaka, Allah menghapusnya dari lembaran catatan orang-orang yang celaka dan menetapkannya di lembaran catatan orang-orang yang bahagia, menghidupkannya dengan kehidupan yang bahagia, mematikannya sebagai syuhada’, dan membangkitkan (dari kuburnya) seperti orang yang syahid.” (Kitab Tsawabul A’mal, hlm 127).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata, ayahku berkata: “Surat Al-Ikhlash adalah sepertiga Al-Qur’an dan surat Al-Kafirun seperempat Al-Qur’an.” (Tafsir Nur Ats-Taqalayn 5/687).

Keutamaan Surat Yasin



1. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Yasin karena Allah Azza wa Jalla, Allah akan mengampuni dosanya dan memberinya pahala seperti membaca Al-Qur’an dua belas kali. Jika surat Yasin dibacakan di dekat orang yang sedang sakit, Allah menurunkan untuknya setiap satu huruf sepuluh malaikat. Para malaikat itu berdiri dan berbaris di depannya, memohonkan ampunan untuknya, menyaksikan saat ruhnya dicabut, mengantarkan jezanahnya, bershalawat untuknya, menyaksikan saat penguburannya. Jika surat ini dibacakan saat sakaratul maut atau menjelang sakaratul maut, maka datanglah padanya malaikat Ridhwan penjaga surga dengan membawa minuman dari surga, kemudian meminumkan padanya saat ia masih berada di ranjangnya, setelah minum ia mati dalam keadaan tidak haus, sehingga ia tidak membutuhkan telaga para nabi sampai masuk ke surga dalam keadaan tidak haus.” (Tafsir Nur Ats-tsaqalayn 4/372).

2. Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi pekuburan lalu membaca surat Yasin, maka pada hari itu Allah meringankan siksaan mereka, dan bagi yang membacanya mendapat kebaikan sejumlah penghuni kubur di pekuburan itu.” (Tafsir Nur Ats-tsaqalayn 4/373).

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): “Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati, dan hati Al-Qur’an adalah surat Yasin. Barangsiapa yang membacanya sebelum tidur atau di siang hari sebelum bepergian, maka hari itu sampai sore hari ia tergolong pada orang-orang yang terjaga dan dikaruniai rizki. Barangsiapa yang membaca di malam hari sebelum tidur, Allah mengutus seribu malaikat untuk menjaganya dari keburukan semua setan yang terkutuk dan dari setiap penyakit; jika ia mati pada hari itu, Allah akan memasukkannya ke surga, tiga ribu malaikat hadir untuk memandikannya, memohonkan ampunan untuknya, mengantarkan ke kuburnya sambil memohonkan ampunan untuknya; ketika ia dimasukkan ke liang lahatnya para malaikat itu beribadah kepada Allah di dalam liang lahatnya dan pahalanya dihadiahkan kepadanya, kuburan-nya diluaskan sejauh batas pandang, diamankan dari siksa kubur, dan dipancarkan ke dalam kuburnya cahaya dari langit sampai Allah membangkitkannya dari kuburnya…” (Kitab Tsawabul A’mal, hlm 111).

Keutamaan Ayat Kursi



(Al-Baqarah : 255)

1. Rasulullah SAW. Bersabda : «Barangsiapa yang membaca empat ayat dari awal surat Al-Baqarah, dan ayat Kursi serta dua ayat sesudahnya, dan tiga ayat dari akhir surat, ia tidak akan melihat pada diri dan hartanya sesuatu yang tidak diinginkan, tidak didekati oleh setan, dan tidak melupa-kan Al-Qur’an. (Kitab Tsawabul A’mal 104).

2. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca ayat Kursi (100 kali), maka nilainya sama dengan orang yang beribadah sepanjang hidupnya.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 1/258).

3. Rasulullah SAW. bersabda: “Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menurunkan surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Ali-Imran 18, dan Ali-Imran 26-27, … (lihat keutamaan Surat Al-Fatihah. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/258; Tafsir Majma’ul Bayah).

4. Rasulullah SAW berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa): «Wahai Ali, barangsiapa yang menderita sakit perut, maka tuliskan ayat kursi pada perutnya, dan minumlah air (yang dibacakan ayat kursi), dengan izin Allah ia akan sembuh.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/258).

5. Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Barangsiapa yang mem-baca ayat Kursi menjelang tidur, insya Allah diselamatkan dari penyakit lumpuh separuh badan; dan barangsiapa yang membacanya setiap sesudah shalat, ia akan terjaga dari bahaya penyakit demam.” (Kitab Tsawabul A’mal 105).

6. Sebagian ulama besar sufi mengatakan: “Jika ayat Kursi dibaca sebanyak jumlah nama-nama Allah, maka akan dibukakan baginya pintu-pintu Futuhat (kemenangan dan pertolongan), menjadi orang yang bahagia dan dijauhkan dari kefakiran.”

Keutamaan surat An-Nas



1. Imam Musa Al-Kazhim (sa). berkata: “Sangatlah banyak keutamaan surat ini bagi anak kecil jika padanya dibacakan surat Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali) dan jika tidak mampu (50 kali). Jika ia ingin memperoleh penjagaan diri dengan bacaan itu, ia akan terjaga sampai hari kematian men-jemputnya. (Mafatihul Jinan 479).

2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata bahwa Rasulullah SAW. mengadu karena sakit yang dideritanya. Kemudian Jibril AS. datang kepadanya, dan Mikail berada di dekat kakinya. Kemudian Jibril memohonkan perlindungan untuknya dengan surat Al-Falaq, dan Mikail memohonkan perlindungan untuknya dengan surat An-Nas.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725)

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). berkata bahwa: “Jibril datang kepada Rasulullah SAW. ketika sedang mengadu karena sakit, lalu Jibril meruqiyah (mengobati)nya dengan surat Al-Falaq, An-Nas dan Al-Ikhlash. Jibril berkata: Dengan nama Allah aku ruqiyah kamu, Allah pasti menyembuhkan kamu dari segala penyakit, ambillah surat ini niscaya ia akan memberi kamu ketenangan dan kesembuhan. Kemudian Nabi SAW. membacanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725)

Keutamaan surat Al-Falaq


1. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang ingin memperoleh penjagaan Allah dari orang yang bermaksud buruk, hendaknya ketika melihat orang itu memohon perlindungan dengan kekuatan Allah Azza wa Jalla dari kekuatan makhluk-Nya, kemudian membaca surat Al-Falaq dan ayat yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla kepada Nabi-Nya SAW.: Fain tawallaw faqul hasbiyallâhu lâ ilâha illâ Huwa, ‘alayhi tawakkaltu wa Huwa Rabbul ‘arsyil ‘azhîm (At-Taubah: 129), niscaya Allah menyelamatkan ia dari tipu daya setiap penipu, makar setiap pemakar, dan kedengkian setiap orang yang dengki.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/717).

2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa)1) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Falaq dan An-Nas, ia seperti membaca seluruh kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/717)

3. Imam Musa Al-Kazhim (sa)2) berkata: “Tidak ada seorang pun yang membacakan pada anak kecil setiap malam: surat Al-Falaq dan An-Nas masing-masing (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali) atau (50 kali), kecuali Allah menyingkirkan darinya setiap penyakit atau derita anak kecil: kehausan, penyakit lambung dan darah, sampai ia berusia remaja. Jika sesudah remaja ia membacanya sendiri, maka ia akan dijaga oleh Allah Azza wa Jallah sampai hari wafatnya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/717)

4. Imam Ali Ar-Ridha (sa) 3) berkata bahwa beliau pernah melihat orang yang sedang pingsan. Beliau menyuruh mengambilkan gelas yang diisi air. Kemudian beliau membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Falaq dan An-Nas, kemudian meludahi/meniup gelas itu, lalu menyuruh menyiramkan/mengusapkan air itu pada kepala dan wajahnya. Orang yang pingsan itu sadar dan bangun. Imam berkata kepadanya: “Insya Allah penyakit itu tidak akan kembali lagi kepadamu selamanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/718)

Keutamaan surat Al-Ikhlash




1. Rasulullah SAW. bersabda: …”Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash tiga kali, ia seperti membaca seluruh Al-Qur’an.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/702).

2. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang melewati kuburan dan membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali, kemudian ia menghadiahkan pahalanya kepada penghuni kubur, Allah SWT memberikan pahala padanya sejumlah penghuni kubur.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/702).

3. Imam Ja`far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan tinggalkan membaca surat Al-Ikhlash sesudah shalat fardhu, karena orang yang membacanya Allah akan menggabungkan baginya kebaikan dunia dan akhirat, mengampuni dosanya, dosa kedua orang tuanya dan dosa anaknya”. (Mafatihul Jinan 478)

4. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali sesudah shalat Subuh, maka pada hari itu ia tidak akan ditakutkan oleh dosa walaupun setan berusaha keras untuk menggodanya.” (Mafatihul Jinan 77).

5. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Aku mimpi melihat Hidhir (AS.) pada malam besoknya perang Badar. Aku berkata padanya: ajarkan padaku sesuatu yang dapat menolongku dari musuh-musuhku. Hidhir (as) berkata: bacalah: Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa. Pagi harinya aku ceritakan kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Ali, engkau telah mengetahui Ismul A’zham (nama Allah yang paling agung).” Kemudian Ismul A’zham itu mengalir di lisanku pada hari perang Badar. Perawi hadis ini mengatakan: Imam Ali (sa) membaca surat Al-Ikhlash kemudian membaca:

يَا هُوَ يَا مَنْ لاَ هُوَ اِلاَّ هُوَ، اِغْفِرْلِي وَانْصُرْنِي عَلَى الْكَافِرِيْنَ

Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa, ighfirlî wanshurnî ‘alal kâfirîn.
Wahai Dia yang tiada dia kecuali Dia, ampuni aku dan tolonglah aku menghadapi orang-orang kafir. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/700)

6. Imam Musa Al-Kazhim (sa)1) berkata: “Sangatlah banyak keutamaan bagi anak kecil jika dibacakan padanya surat Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali), jika tidak mampu (50 kali). Jika dengan bacaan itu ia ingin mendapat penjagaan, ia akan terjaga sampai hari wafatnya.” (Mafatihul Jinan 479)

Keutamaan surat Al-Fâtihah



1. Rasulullah SAW. bersabda: “Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menurunkan surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Ali-Imran 18, 26-27, surat dan ayat itu bergelantung di Arasy dan tidak ada hijab dengan Allah. Surat dan ayat itu berkata: Ya Rabbi, Kau akan turunkan kami ke alam dosa dan pada orang yang bermaksiat kepada-Mu, sementara kami bergelantung dengan kesucian-Mu. Allah SWT. berfirman: “Tidak ada seorang pun hamba yang membaca kalian setiap sesudah shalat kecuali Aku karuniakan padanya lingkaran kesucian di tempat ia berada, dan Aku memandangnya dengan mata-Ku yang tersembunyi setiap hari tujuh puluh kali pandangan. Jika tidak, Aku tunaikan baginya setiap hari tujuh puluh hajat yang disertai pengampunan. Jika tidak, Aku melindungi dan menolong-nya dari semua musuhnya. Dan tidak ada yang mengha-langinya untuk masuk ke surga kecuali kematian.” (Tafsir Majmaul Bayan 1/426)

2. Rasulullah SAW. bersabda bahwa Allah SWT. berfirman: “Aku membagi surat Al-Fatihah antara Aku dan hamba-Ku, separuh untuk-Ku dan separuh lagi untuk hamba-Ku.
Bagi hamba-Ku ketika ia bermohon dan membaca: Bismillahir Rahmanir Rahim, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Hamba-Ku telah memulai dengan nama-Ku, maka berhaklah Aku untuk menyempurnakan urusannya dan memberikan keberkahan dari sisi-Ku untuk seluruh keadaannya.”
Ketika hamba-Ku membaca: Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah memuji-Ku, mengakui bahwa semua nikmat yang dimilikinya berasal dari sisi-Ku, dan semua bala’ Aku yang menyingkirkan sehingga ia merasakan itu sebagai karunia. Maka, hendaknya kalian saksikan, Aku akan menjamunya dengan kenikmatan akhirat lebih dari kenikmatan dunia yang telah Kuberikan, dan menyingkirkan bala’ akhirat sebagaimana Aku telah menyingkirkan bala’ dunia.”
Ketika hamba-Ku membaca: Ar-Ramânir Rahîm, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah bersaksi bahwa Aku Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalian saksikan, Aku akan melimpahkan rahmat-Ku padanya dan mencurahkan karunia-Ku padanya.”
Ketika hamba-Ku membaca: Maliki yawmiddîn, Allah SWT. menyatakan: Kalian saksikan, sebagaimana ia telah mengakui Aku sebagai Raja pada hari kiamat, Aku akan memberikan kemudahan baginya yaitu amalnya tidak dihisab, dan Aku akan mengampuni semua kesalahannya.”
Ketika hamba-Ku membaca: Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’in, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Dia hanya memohon pertolongan kepada-Ku dan hanya bersandar kepada-Ku. Kalian saksikan, Aku akan menolongnya dalam segala urusannya, Aku akan melindungi-Nya dalam segala deritanya, dan Aku akan memegang tangannya saat ia membutuhkan pertolongan.”
Ketika hamba-Ku membaca: Ihdinash shirâthal mustaqîm … (sampai akhir surat), Allah Jalla jalaluh menyatakan: Hamba-Ku telah bermohon pada-Ku, Aku pasti mengijabah permohonan hamba-Ku, memberikan apa yang diinginkan, dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/5)

3. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Fatihah, Allah mengkaruniakan kepadanya pahala sama dengan pahala membaca suluruh ayat yang diturunkan dari langit.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/4)

4. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berakata: “Iblis menangis dan menjerit dalam empat hal: ketika ia dilaknat, ketika ia diturunkan ke bumi, ketika Muhammad diangkat men-jadi Rasul, dan ketika surat Al-Fatihah diturunkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/4)